Berikut sejumlah istilah Spanyol yang melekat di duel El Clasico antara Madrid kontra Barca, seperti dirangkum Reuters.
Cules dan Merengues
Barcelona dan fansnya dikenal sebagai “Cules” yang merujuk kepada kata “Cule” di bahasa Catalan yang berarti “bokong”.
Penggunaan kata itu merujuk kepada salah satu stadion pertama Barca di Calle Industria, di mana para suporter biasa menyaksikan pertandingan dengan duduk di atas tembok luar sehingga orang yang berlalu-lalang di jalanan akan melihat barisan bokong saat mendongak.
Real Madrid memiliki julukan “Merengues”. Disebutkan, ini mengacu kepada seragam timnya yang serba putih sehingga mirip dengan penganan puding yang terbuat dari putih telur dan gula, yang bernama sama.
La Manita
Kemenangan 5-0 Barca atas Madrid 5-0 di Camp Nou musim lalu dirayakan para pemain tuan rumah dan fansnya dengan melambaikan sebelah tangan ke udara, dengan jari jemari dibuka lebar. Kelima jari itu melambangkan kemenangan tersebut dan disebut “La Manita”, atau “Tangan Mungil”.
Hasil itu, dan kekalahan 2-6 dari Barca di Bernabeu pada 2009, adalah dua kekalahan teranyar paling memalukan yang diterima Madrid dari rivalnya itu.
Di pertengahan 1990, tepatnya 8 Januari 1994, Barca yang ditangani Johan Cruyff juga pernah membawa timnya menang 5-0 atas Madrid di Camp Nou. Saat itu Romario asal Brasil mengemas trigol.
Semusim setelah hasil itu, Madrid membalas dengan skor 5-0 di Bernabeu dengan sumbangan tiga gol dari Ivan Zamorano. Uniknya hasil itu terjadi nyaris genap setahun berselang, yakni pada 7 Januari 1995.
Villarato
Teori konspirasi mengenai keputusan wasit yang bias dan menguntungkan kedua kesebelasan kerap membayangi duel Madrid kontra Barca.
Pada era diktator Francisco Franco, tuduhan keberpihakan wasit dialamatkan kepada Madrid. Tetapi belakangan hal itu justru dilontarkan ke arah Barca.
Dukungan Barca terhadap Angel Maria Villar tatkala mencalonkan diri lagi sebagai presiden federasi sepakbola Spanyol (RFEF), sedangkan Madrid mendukung kandidat yang jadi rival, membuat istilah “Villarato” menjadi populer. Istilah itu sendiri kini digunakan oleh fans Madrid setiap kali menilai Barca mendapatkan perlakuan istimewa dari liga.
Entrenador Madrid Jose Mourinho juga ikut memanaskan perdebatan ini saat ia atau timnya mendapatkan kartu merah atau hukuman.
El dedo de ‘Mou’
Keributan terjadi saat Barca berjumpa Madrid di Piala Super Spanyol Agustus lalu. Diawali dengan pelanggaran di dalam lapangan, situasi lantas memanas sampai luar lapangan.
Di tengah-tengah kericuhan tersebut Mourinho menyelinap ke belakang asisten Guardiola, Tito Vilanova, dan berusaha mencolok matanya–meski kemudian jari Mourinho malah mengenai pipi dan kuping Vilanova.
Wasit tidak melihat “el dedo de Mou” alias insiden “jari-jari Mourinho” itu meski seluruh adegannya terlihat jelas di kamera televisi.
Dampaknya, pemain Barca menuding Mourinho merusak sepakbola Spanyol sedangkan yang dituding hanya minta maaf kepada fans Madrid saja.
Presiden Madrid Florentino Perez lantas melontarkan dukungan kepada Mourinho sedangkan mantan pelatih Barca Johan Cruyff menyebut tindakan si pelatih asal Portugal sebagai unjuk arogansi.
Mes que un club
Slogan Barca “lebih dari sebuah klub” itu dapat ikut membantu menjelaskan betapa El Clasico memang bukan sekadar pertandingan sepakbola biasa.
Barca dilihat sebagai simbol dari nasionalisme Catalan dan pergulatan mendapat pengakuan dari pemerintah Spanyol yang disimbolisasikan oleh Madrid.
Di Camp Nou, fans Barca lazim mengibarkan bendera kuning dengan garis-garis merah yang merupakan bendera Catalan, dan mengusung spanduk bertuliskan “Catalunya bukanlah Spanyol”.
Juga tak sedikit yang memberikan siulan saat lagu kebangsaan Spanyol diperdengarkan di Mestalla sebelum final Copa del Rey musim lalu.
Fans Madrid umumnya merespon dengan mengibarkan bendera Spanyol dan menyanyikan lagu ‘Viva Espana’.(sumber: sepakbola.co)
0 Response to "Serba-serbi Seputar Pertandingan Real Madrid Vs Barcelona"
Post a Comment